Membangun Paradigma Berpikir yang BerAkal Sehat

Views: 301

Oleh : Wahyudin / Nyak

• Indonesia adalah negara besar yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan jumlah penduduk yang banyak.
Dan dalam kondisi sekarang ini, sudah banyak anak-anak bangsa yang cerdas, bahkan mereka berguru ke negara-negara yang sudah maju. Karena itu seharusnya negara Indonesia sudah menjadi negara yang lebih makmur dan lebih maju dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Bukan sebaliknya justru menjadi negara dengan masa depan yang semakin tidak jelas, karena moral masyarakatnya semakin buruk.

Kalau kenyataannya Indonesia sekarang justru menjadi negara yang korup, munafik, tidak beradab dan kesenjangan sosialnya tinggi, berarti pasti ada yang salah dalam penataan negara ini. Pertanyaannya: Dari mana harus memulai perbaikan bangsa ini ?  Pastinya harus diawali dari menggali akar permasalahannya.

Namun disisi lain bangsa ini juga harus melakukan perubahan paradigma berpikirnya. Sebab hanya perubahan paradigma berpikirlah, yang bisa memastikan akan terjadinya perubahan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Paradigma berpikir baru yang harus dipahami, yaitu:
1. Sebelum negara ini terbentuk, rakyat mencari kesejahteraan sendiri-sendiri. Namun ketika negara Indonesia sudah terbentuk dan kekayaan alam yang ada dikuasai oleh negara, maka berarti negara telah mengambil alih tanggung-jawab terhadap kesejahteraan seluruh rakyatnya, bukan hanya sebagian rakyatnya. Kalau tidak bertanggung-jawab terhadap seluruh rakyatnya berarti negara telah lalai melaksanakan kewajibannya, dan harus direformasi.
2. Tuhan menghadiahi kekayaan alam yang luar biasa ini kepada seluruh rakyat Indonesia, bukan untuk sekelompok atau satu golongan orang tertentu saja. Karena itu tugas pemimpin bangsa Indonesia adalah mengelola dan membagi kekayaan alam tersebut secara adil kepada seluruh rakyat, bukan hanya dibagikan kepada kelompok tertentu.
3. Bekerja itu bukan mencari uang untuk kepentingan sendiri-sendiri, tetapi berbagi tugas untuk kemudian bisa bersinergi dalam mewujudkan cita-cita kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, yaitu: semua anak bangsa  bisa makan layak, bisa mendapatkan pendidikan yang memadai, kalau sakit bisa berobat, semua dapat jaminan hari tua dan kematian, asuransi kecelakaan, dll. Karena seluruh anak bangsa pada dasarnya membutuhkan semua itu. Sebagai imbalan dari kerja tersebut, maka yang bersangkutan akan mendapat gaji/penghasilan yang besarnya akan disesuaikan dengan besarnya kontribusi yang bersangkutan: tanggung-jawab kerja, berat-ringan pekerjaan, lama waktu kerja, resiko, dll.
4. Untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia tidak bisa lagi dilakukan dengan berpolitik, tetapi harus dilakukan dengan berpikir kenegarawanan. Karena pada hakekatnya berpikir politik di Indonesia hanya merupakan upaya akal-mengakal merebut kekuasaan untuk memperjuangkan kepentingan pribadi/ kelompok. Makin banyak partai, peluang mendapatkan bagi-bagi kekuasaan semakin besar. Karena itu konsep politik ini harus diubah dengan konsep berpikir kenegarawanan, yaitu bagaimana menemukan strategi yang tepat untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.
5. Memperbaiki bangsa yang sudah terlanjur terpuruk (banyak kejahatan, korupsi, dan mengalami kemerosotan moral), tidak bisa dilakukan dengan tambal sulam atau dilakukan secara sektoral. Ibarat membangun rumah yang mau ambruk, harus dibongkar semua. Kalau hanya diperbaiki bagian-bagian ruangannya tanpa memperbaiki pondasi dan sekat-sekat antar ruangannya, maka ancaman ambruk akan datang dan datang lagi.   Karena itu agar perbaikan bangsa Indonesia tidak menjadi sia-sia, maka harus dilakukan perbaikan secara komprehensif dan harus dimulai dari akar permasalahannya, atau dari dasarnya.
Hal ini tentunya pasti akan menimbulkan perlawanan dari pihak-pihak yang saat ini sudah mendapatkan kekuasaan/kenikmatan. Karena mereka berpikir, kalau kebijakannya berubah, maka kekuasaan/kenikmatan yang sudah mereka dapatkan akan hilang . Untuk itu mereka akan berusaha terus mempertahankannya, bahkan mengamankannya.Menyikapi orang-orang seperti itu, kita harus membuka kesadarannya bahwa sebenarnya hidup kita bukan hanya saat ini saja, sesudah mati sebenarnya kan juga sebuah kehidupan baru. Dimana kehidupan baru itu merupakan buah dari apa yang sudah dijalani sebelumnya, misal: di alam barzah. Yang perilakunya buruk akan “hidup” mengalami penyiksaan. Yang perilakunya baik akan “hidup” dengan keadaan yang menyenangkan.
6. Memajukan bangsa/ negara membutuhan anggaran yang sangat besar. Karena itu tidaklah mungkin bahwa mensejahterakan bangsa hanya dilakukan secara mandiri, dalam arti negara hanya mengandalkan pajak rakyat atau usaha pelayanan dan perdagangan dalam negeri saja. Kalau seperti ini, paling maksimal hasilnya adalah cukup sejahtera. Artinya kalau mau memakmurkan bangsa Indonesia, berarti negara ini harus bisa bersaing dengan negara-negara lain.
Kalau pada jaman dahulu, persaingan dilakukan dengan cara berebut daerah jajahan, maka di era modern dilakukan dengan cara memperebutkan devisa negara. Dimana devisa negara ini bisa didapatkan dengan cara perdagangan ekspor, mendatangkan wisatawan asing, mengirimkan tenaga kerja keluar negeri , dll. Kemudian devisa ini, nantinya bisa dimanfaatkan negara untuk membeli barang-barang kebutuhan dari negara lain. Juga untuk biaya opasional yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan di luar negeri. Karena itu, sekarang ini semua negara bersaing untuk bisa mendapatkan devisa negara semaksimal mungkin, agar sebagian dana oprasional negara bisa “ditunjang” dari negara lain.
7. Memajukan negara itu prosesnya bertahap: diawali dari bangsa yang miskin, bergerak menuju bangsa yang cukup sejahtera sehingga kekompakan anak bangsa bisa terus terjaga, kemudian menuju bangsa yang makmur dan maju. Tidak bisa dari miskin, menjadi sebagian miskin sebagian kaya (terjadi kesenjangan sosial), kemudian menjadi makmur. Karena ketika perjalanan bangsa sampai pada kondisi kesenjangan sosial, maka yang terjadi adalah kecemburuan sosial, korupsi, kerusakan moral, banyak tindak kejahatan, selanjutnya terpuruklah bangsa tersebut.Tanda-tanda itu sekarang sedang dialami oleh bangsa Indonesia. Kalau semua anak bangsa ini masih tidak ada yang peduli, maka kehancuran bangsa Indonesia tinggal menunggu waktu saja dan yang rugi kita semua. (Barang kali ada yang berpikir: “ Indonesia hancur, paling-paling kan sudah mati. Berarti nggak ikut rugi dong ! ………????)
8. Menata bangsa itu harus menggunakan akal pikiran yang sehat, tidak bisa menyerahkan pada takdir atau meniru negara lain. Juga harus dilakukan secara terpadu, sebab pada dasarnya semua bidang itu sebenarnya terkait antara satu dengan yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu, anak bangsa yang diserahi tanggung-jawab menata negara ini (membuat aturan negara) haruslah anak-anak bangsa yang berkualitas: cerdas, pengetahuannya luas, moralnya baik, nasionalismenya tinggi. Bukan anak bangsa yang hanya paham bidang tertentu atau sektoral, bukan anak bangsa yang uangnya banyak atau anak bangsa yang massanya banyak. Karena itu pola rekrutmen penyelenggara negara Indonesia harus direvisi secara total.
9. Menata atau mengatur negara itu “berpikir sendiri” terhadap apa yang dibutuhkan bangsa, bukan meniru apa yang sudah dilakukan oleh bangsa lain. Karena kondisi alam, jumlah penduduk, karakter penduduk, pola pikir penduduk tiap negara jelas berbeda. Apa yang dilakukan oleh bangsa lain hanya digunakan sebagai sumber inspirasi saja, sehingga untuk saat ini cukup diketahui dari media masa atau bisa dari internet. Jadi tak ada alasan lagi bagi para pejabat negara ini untuk berbondong-bondong ke luar negeri dengan dalih studi banding, sehingga anggaran studi bandingnya bisa dialihkan ke pembangunan infrastruktur. Kalau para pejabat negara itu sukses dalam menata bangsa Indonesia sesuai dengan targetnya, maka sebagai hadiah atas kinerjanya bolehlah dianggarkan rekreasi ke luar negeri.

10. Menyejahterakan rakyat itu bukan sebagian rakyat diurus negara sampai mati, sebagian diabaikan oleh negara sampai mati. Karena kalau hal ini yang dilakukan berarti tak beda dengan konsep penjajahan, yaitu merampas hak sebagian rakyat untuk menyejahterakan yang lain. Untuk itu konsep kesejahteraan rakyat yang seperti ini harus segera direvisi, dimana nasib semua rakyat Indonesia harus diurus oleh negara sekarang juga. Kalau kenyataannya dana negara masih terbatas, maka macam atau nilai kesejahteraannya yang harus dikurangi sehingga semua bisa kebagian.
Kalau tidak, maka akan semakin banyak rakyat yang sepanjang hidupnya tidak pernah menikmati adanya berkah kemerdekaan bangsa Indonesia. Karena seumur hidupnya tidak pernah diperhatikan oleh negara. Dan ini merupakan dosa besar para penyelenggara negara, yang suatu saat pasti dimintai pertanggung-jawabannya oleh Yang Maha Kuasa. Dan anak-anak bangsa yang hanya diam saja ketika mengetahui hal ini, bukan berarti aman-aman saja, tetapi juga ikut berdosa.
11. Bangsa itu bisa sejahtera bahkan makmur dan maju, kalau didukung oleh kerja cerdas dan kerja keras semua komponen bangsa, bukan hanya hasil kerja bidang pendidikan, hukum, dan perpajakan (departemen keuangan). Tetapi juga oleh para petani, nelayan, sopir, tentara, pengusaha, buruh, dll. Karena itu kesejahteraan  semua komponen bangsa harus diperhatikan oleh negara, bukan hanya guru/dosen, hakim, maupun pegawai pajak saja. Justru kesejahteraan yang berlebihan pada pihak tertentu, sementara yang lain kekurangan inilah yang memicu kecemburuan sosial, dan selanjutnya menjadi timbunan permasalahan bangsa yang semakin lama semakin rumit. Dampaknya seperti yang dirasakan sekarang ini, di tengah-tengah negara lain berlomba-lomba memajukan bangsanya, negara Indonesia masih kebingungan bagaimana cara menata bangsanya.
12.Generasi masa depan bangsa merupakan bagian dari kehidupan saat ini, bukan takdir masa depan mereka sendiri. Karena itu generasi sekarang tidak boleh mengeksploitasi berlebihan sumber-sumber kehidupan yang tidak bisa diperbaharui, sehingga kehidupan generasi mendatang tidak menjadi terlunta-lunta kembali.

Sebaliknya generasi saat ini harus mewariskan sesuatu yang bermanfaat dan positif yang bisa terus dikembangkan menjadi hal yang sangat berharga bagi generasi penerus dan peradaban manusia.
Itulah paradigma-paradigma berpikir bangsa yang harus kita miliki, kalau bangsa ini benar-benar menghendaki perubahan secara nyata.Tentunya masih banyak yang bisa ditambahkan. Mudah-mudahan “sharing” ini bisa membangkitkan kesadaran kita semua untuk mau berubah demi menyongsong masa depan bersama yang lebih sejehtera dan berkeadilan.

Happy
Happy
0
Sad
Sad
0
Excited
Excited
0
Sleepy
Sleepy
0
Angry
Angry
0
Surprise
Surprise
0

Tinggalkan Balasan

You cannot copy content of this page